Sisi Gelap Adiwijaya, Rektor Petahana Tel-U yang Berharap Jabatan 3 Periode

|

Pemilihan Rektor Telkom University tahun 2025 bisa dikatakan cukup menarik. Diantara 15 calon rektor, terselip satu nama yang menarik untuk dibahas, Adiwijaya. Pasalnya, meski memiliki sederet kontroversi yang melekat pada dirinya, Adiwijaya, Rektor Petahana tetap berani bertarung dengan calon lain untuk merebut periode ketiganya.

Notifikasy Politik telah melakukan sedikit investigasi tentang rektor yang telah menjabat dua periode di Telkom University ini. Mengejutkannya, cukup banyak suara yang masuk untuk memberikan sisi gelap sang rektor.

Berikut 3 Sisi Gelap Adiwijaya, Rektor Petahana Tel-U yang Berharap Jabatan 3 Periode

 

1. Pilih Bangun Gedung Avenger dibanding Keringanan Biaya Kuliah ketika Covid-19

2020, Ketika banyak orang tua mahasiswa tedampak ekonominya akibat covid-19, sang rektor kekeuh untuk melanjutkan pembangunan Telkom University Landmark Tower dibanding memberikan keringanan bagi mahasiswanya. Hal ini tentunya menimbulkan kekecewaan terhadap mahasiswa yang ekonomi keluarganya terdampak covid. Perasaan takut menghujani mereka kala itu karena kesulitan dalam membayar tagihan semester. 

Keputusan Adiwijaya selaku Rektor Tel-U pun memunculkan beragam reaksi di akar rumput mahasiswa. Puncaknya, mahasiswa Telkom University melakukan aksi di depan gedung Yayasan Pendidikan Telkom pada Jum'at, 3 Juli 2020, untuk menyampakian tuntutan keringanan tagihan semester bagi yang terdampak Covid.

Pasca aksi, akhirnya Adiwijaya memutuskan untuk memberikan keringanan bagi mahasiswa yang terdampak Covid. Meski hanya Rp 200.000 per mahasiswa. Angka yang fantastis kecilnya bukan?

 

2. Pembekuan BEM Meski Memenuhi Syarat
Meski memenuhi semua persyaratan, Andi Al-Musyawir harus merelakan jabata Presiden Mahasiswanya karena Telkom University menolak untuk mengeluarkan SK dan melantiknya. Tak ada alasan resmi dari Telkom University kepada publik kenapa memutuskan sepihak untuk membatalkan SK dari Presiden Mahasiswa terpilih dan membekukan BEM di Tel-U.

Muncul kabar angin jika Telkom University tak mau BEM dipimpin oleh orang berlatar pergerakan. Apakah takut akan terganggu dalam setiap pengambilan keputusan? 

 

3. Transparasi Aturan dan Dana yang Nihil

Transparansi aturan maupun dana hanyalah angan-angan belaka bagi mahasiswa Telkom. Bisa kita lihat dalam salah satu tagar #KawalTAK di instagram, para Himpunan Mahasiswa di Telkom menyatakan jika Ditmawa tidak transparan dalam menetapkan aturan.

Kembali di 2020, mahasiswa Telkom sempat meminta transparansi alokasi dana kepada Telkom University. 

Sampai detik ini kami juga belum menemukan mekanisme pembentukan aturan di Telkom University dan laporan keuangan tahunan dari kampus tersebut.